
Di tengah suasana yang serba tidak pasti, merenung dan khawatir berlebihan dapat membuat perasaan tertekan dan gelisah. Jika dibiarkan begitu saja, cemas dan depresi bisa menghampiri. Segera kendalikan pikiran Anda! Ada dua komponen dalam monolog batin ini: khawatir dan merenung berkepanjangan.
Merenung berkepanjangan
Menurut Susan Nolen-Hoeksema, profesor psikologi di Universitas Yale, aktivitas merenung berkepanjangan melibatkan pengulangan masalah dalam pikiran seseorang. Merenung dan terobsesi pada pikiran yang melibatkan seseorang berpikir berulang kali tentang berbagai masalah yang dialami di masa lalu. Aktifitas otak ini biasanya melibatkan rasa menyesal, membenci dan menyalahkan diri sendiri. Merenung dikaitkan dengan perkembangan depresi, kecemasan, dan gangguan makan.
Pemikiran yang hinggap seringnya berupa:
– Saya seharusnya lebih sabar dan lebih mendukung.
– Saya telah kehilangan pasangan paling sempurna yang pernah ada.
– Tidak ada lagi yang akan mencintai saya.
Khawatir
Khawatir adalah sikap berpikir berlebihan atau terlalu cemas tentang suatu masalah atau situasi. Kekhawatiran biasanya disertai dengan rasa tidak nyaman dan kecemasan dan ini bisa terkait dengan apa yang akan terjadi di masa depan.
Pikiran-pikiran semacam ini menguras energi dan membuat stres. Sikap ini menyebabkan seseorang menjadi terganggu, memusatkan pikiran pada kejadian negatif yang mungkin terjadi, serta dilanda ketakutan yang tidak masuk akal dan tidak berdasar.
Jadi disaran untuk anda, bila sering mengalami khawatir dan merenung berkepanjangan lakukan hal ini :
Kendalikan pikiran Anda
Reuben Berger, psikoterapis di rumah sakit universitas di kota Bonn, Jerman, merekomendasikan beberapa langkah praktis yang dapat Anda terapkan dalam rutinitas harian ketika merasa khawatir atau dalam kondisi merenung berkepanjangan. Salah satu cara yang efektif, kata Berger, adalah dengan memerintahkan pikiran untuk berhenti.
Ide utama dari tindakan ini adalah untuk mengkondisikan diri Anda dalam menghentikan lingkaran kekhawatiran, membuat prediksi-prediksi tentang masa depan, atau perenungan berkepanjangan di mana Anda terobsesi dengan peristiwa masa lalu.
Bersikap penuh kesadaran
Berger juga merekomendasikan penggunaan teknik mindfulness yang penuh kesadaran. Dengan sikap ini, seseorang mengalihkan pikiran mereka sepenuhnya kepada pengalaman yang tengah dialaminya tanpa dibubuhi penilaian apa pun untuk mengurangi kekhawatiran.
“Sikap penuh kesadaran membantu Anda menjauhkan diri dari pikiran-pikiran Anda dan menjadi lebih hadir pada saat ini,” katanya.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa sikap penuh kesadaran semacam ini memiliki dampak positif dalam mengurangi perilaku terkait stres seperti merenung berkepanjangan dan khawatir. Sikap fokus terhadap suatu momen membuat seseorang cenderung tidak memiliki energi untuk cemas akan hal lain.
Akali otak agar bahagia
Dr. Edward Selby, psikolog di universitas di Florida, melakukan penelitian bahwa orang-orang juga mencoba menghindari perenungan berkelanjutan dengan melakukan berbagai perilaku tidak terkontrol, seperti pesta makan dan penyalahgunaan zat-zat tertentu.
Tetapi dia mengatakan bahwa masih ada cara lebih baik untuk mengalihkan perhatian kita, seperti mendengarkan musik, membaca buku, menari atau berolah raga, berkumpul dan bersosialisasi dengan teman, menonton film ataupun bermeditasi.
Ubah persepsi atas sebuah peristiwa
Cara orang memandang suatu situasi sangat memengaruhi emosi dan perilaku mereka. Bukan situasi itu sendiri yang menentukan perasaan mereka, melainkan cara mereka menafsirkannya. Membingkai ulang pikiran-pikiran negatif atas sebuah peristiwa dapat mengarah pada emosi positif dan, menggiring pada perilaku yang lebih sehat.
Solusinya dekat dengan Anda. Cobalah mencari cara untuk menghindari kekhawatiran, perenungan, dan pemikiran berlebihan yang membuat Anda merasa paling nyaman.
Memasukkan rutinitas apa pun dalam hidup Anda saat Anda stres bukanlah hal yang mudah, tetapi Anda bisa melakukannya! Jika merasa kewalahan, Anda selalu dapat mencari bantuan profesional.