Kompak Berkeluarga dengan Paham Mesin Kecerdasan STIFIn

Hai, aybun! Aku mau cerita nih, pusing kali rasanya menghadapi anak yang macam-macam tingkahnya, apalagi kalo nggak ngerti gimana cara kerjasama sama suami. Untungnya, aku nemu cara yang mantap untuk ngatasi semua ini. Mau tau ceritanya? Baca terus ya!

Jadi, ceritanya aku punya anak tiga. Si abang yang paling gede, tipe Thinking, kritis kali dia. Si adik tengah, tipe Feeling, sensitif kali perasaannya. Si bungsu, tipe Sensing, aktif kali nggak bisa diam sebentar pun. Pusing kali, kan? Belum lagi suami yang tipe Intuiting, sukanya visi ke depan, sementara aku tipe Feeling yang lebih ngutamakan perasaan.

Nah, awalnya aku dan suami sering kali berantam soal cara ngasuh anak. Aku bilang si abang butuh perhatian lebih, dia bilang si abang harus lebih disiplin. Ribet kali pokoknya. Tapi, setelah kami paham tipe kecerdasan masing-masing, ternyata gampang loh kerjasama ngurus anak.

Contoh kecilnya, si abang yang Thinking suka debat, jadi aku sama suami ajarin dia cara diskusi yang baik. Aku yang lebih perasa, ngajarin dia gimana cara mengungkapkan pendapat tanpa menyakiti orang lain. Sementara itu, si adik tengah yang Feeling butuh perhatian lebih. Jadi, aku dan suami berusaha lebih sering kasih pelukan dan kata-kata dukungan. Si bungsu yang Sensing, kami kasih aktivitas fisik yang bikin dia sibuk dan happy, kayak main sepeda atau olahraga bareng.

Dari situ, kami mulai bisa saling memahami. Aku ngerti kalo suami butuh ruang buat mikirin masa depan keluarga, dia pun ngerti kalo aku butuh waktu untuk mendengarkan curhatan anak-anak. Kami jadi tim yang solid, menghadapi semua masalah bareng-bareng.

Jadi mak, coba deh pahami tipe kecerdasan pasangan dan anak-anak. Dijamin, hubungan kalian makin kompak dan harmonis. Jangan takut buat belajar dan adaptasi. Nggak ada yang nggak mungkin asal kita mau berusaha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *